Bandung, Beritainspiratif.com -Seperti kita ketahui bahwa lebaran itu merupakan bahasa kita, Tak ada dalam negara manapun yang memakai istilah ini untuk memaknai hari raya Idul Fitri.

Lebaran tidak memiliki arti kesucian ataupun pengembalian roh pada titik awal. Lebaran bukan kata ganti yang artinya sama dengan Idul Fitri (hari raya makan). Namun lebaran, karena sudah terlalu lama dan mengakar, lebih mudah diucapkan daripada menyebut Idul Fitri.

Mengutip Kabarmakkah.com, marilah kita mencari tahu darimana datangnya kata lebaran, sehingga hal itu menjadi relevan dengan budaya bangsa kita.

Untuk membedah suatu kata, kita mengenal dua hal, etimologi dan terminologi. Sisi etimologi mengupas tentang asal-usul kata. Sedangkan terminologi membahas mengenai makna daripada kata tersebut. Untuk menjelaskan tentang kata lebaran, kita hanya butuh etimologi saja.

Lebaran konon memiliki lima padanan kata yang berkaitan dengannya. Lima kata tersebut adalah _lebar-an, luber-an, labur-an, lebur-an dan liburan._ Mari kita bahas satu persatu.

•Pertama, lebaran konon berasal dari _lebar_ yang dibubuhi imbunan -an. Lebar yang menjadi awalan dari lebaran bukanlah lebar dalam arti bangunan, lapangan atau pun halaman. Akan tetapi _‘lebar hati’_ kita untuk memaafkan. Orang tua suka berkata _“sing gede atine”_ manakala kita disakiti dan dari situlah lebar dimasukan sebagai awal mula kata ‘lebaran’.

•Kedua, lebaran dianggap juga sebagai kata yang bermula dari ungkapan _luber_. Luber dalam KBBI memiliki arti _melimpah, meluap._ Ringkasnya, melewati batas daripada batas yang ditentukan. Luber maafnya, luber rezekinya dan luber pula pahalanya sehabis Ramadhan. Untuk itu, maka luber-an bertransformasi menjadi lebaran.

•Ketiga, menurut Mustofa Bisri, lebaran diambil dari kata laburan _(jawa;mengecat)_. Setiap kali menjelang datangnya Idul Fitri, semua kepala keluarga sibuk mengecat rumahnya agar tampak indah. Dari kebiasaan laburan menjelang Idul Fitri itulah, lebaran menjadi sebuah kata yang setara dengan makna Idul Fitri itu sendiri.

•Keempat, dalam satu kesempatan, Almarhum KH Muhtar Babakan Ciwaringi pernah berujar bahwa lebaran itu berakar filosofis dari kata leburan _(jawa:menyatukan)_. Dengan ujian dan cobaan, dengan kesabaran dan ketenangan, selepas Ramadhan itu diharapkan kita mampu meleburkan diri kita pada sifat-sifat Tuhan. Dalam bahasa Syeikh Siti Jenar “manunggaling kawula gusti”. Semangat perubahan itulah yang merubah leburan menjadi lebaran.

•Kelima, atau yang terakhir, lebaran dimaknai sebagai plesetan dari liburan. Dalam kalender Nasional, Hari Raya Idul Fitri adalah tanggal merah yang artinya libur. Menikmati hari libur berarti liburan. Oleh karena alasan itu, maka liburan yang diucapkan berulang-ulang, menjadi titik pangkal dari munculnya lebaran.

Begitulah arti lebaran dalam bahasa kita Indonesia. Unik dan bermacam-macam. Jauh dari nalar namun dekat dengan perasaan.

Lebih penting daripada arti-arti itu adalah esensi atau ruh yang seringkali dimiliki dalam setiap kali kita menyebut kata ‘lebaran’. Bagi kita, bangsa Indonesia, Idul Fitri itu lebaran. Dan lebaran itu memaafkan, lebaran itu kesucian, lebaran itu kebahagiaan, lebaran itu makan-makan, lebaran itu kerinduan, dan lebaran itu adalah lembaran baru untuk menuju optimisme esok yang lebih baik.

(Kaka)

Ilustrasi: Duniaku Network