Majalengka, Beritainspiratif.com - Pemilukada Kabupaten Majalengka memasuki babak akhir. Hanya tersisa tak kurang dari hanya satu minggu saja, tepat pada tanggal 27 Juni 2018, bersamaan dengan dilangsungkannya pemilukada serentak, kabupaten Majalengka akan memiliki Bupati dan Wakil Bupati baru.

Untuk lebih menarik lagi, redaksi berkesempatan mewawancarai Direktur Eksekutif ETOS Institute, Irwan di Jakarta. Seperti diketahui, ETOS Institute terlibat dalam beberapa kali pelaksanaan survey di pemilukada Majalengka.

Berikut petikannya,

Red : Lembaga anda sempat ikut serta dalam beberapa kali survey di Kabupaten Majalengka, apa yang bisa menjadi catatan anda?

Irwan : Ya, kami melakukan tiga kali survey bertahap. Yang dapat menjadi catatan kami, berdasarkan hasil survey yang kami lakukan, akan terjadi perubahan signifikan dalam keputusan politik di pilkada nanti. Mengapa begitu? Karena trend pemilih yang dalam hal ini diwakili oleh responden secara jelas dan tegas memperlihatkan adanya keinginan untuk keluar dari situasi status quo. Ya, masyarakat Majalengka menginginkan perubahan.

Red : Anda sangat yakin bahwa hasil survey yang anda lakukan dapat menjadi referensi hasil pilkada Majalengka. Apa sebabnya?

Irwan : Keyakinan saya bukanlah keyakinan subjektif melainkan sebuah keyakinan yang disandarkan pada faktor-faktor objektif. Hal itu didasarkan pada hasil survey kami yang akurasinya bisa kami pertanggungjawabkan. Rata-rata tingkat kepercayaan responden berada di angka 98 persen, itu bukan perkara sepele. Ini khan bukan argumen yang hanya didasarkan pada curi-curi dengar atau sekedar lewat. Dan ingat, secara berjenjang bertahap kami mengujinya dalam tiga kali survey. Itu jelas terukur.

Red : Apa yang dapat anda simpulkan kemudian?

Irwan : Gamblang saja, jika trend pemilih menolak status quo dan menginginkan perubahan bagi kepemimpinan di Kabupaten Majalengka maka akan dipilih pasangan kandidat yang sama sekali baru. Tidak mungkin pemilih menolak status quo tapi pilih pasangan kandidat yang memiliki unsur kekuatan lama. Mustahil pemilih menginginkan perubahan tetapi yang dipilih teriris dengan kekuasaan lama. Pemilih akan memilih yang sama sekali baru.

Mari kita petakan ketiga pasangan calon, Karna-Tarsono itu representasi kekuatan lama, Sanwasi-Taufan itu teriris dengan pejabat bupati saat ini. Gak mungkin khan mereka jadi simbol perubahan? Itu perilaku asimetris, menyimpang. Coba komparasi dengan pasangan Maman-Jefri, mereka inilah simbol perubahan sebenarnya. Pernyataan saya ini tidak tanpa dasar, ada surveynya lho.

Red : Berarti anda meyakini pasangan Maman-Jefri yang akan unggul dalam pilkada Kabupaten Majalengka?

Irwan : Saya hanya mengatakan sesuai hasil survey yang telah kami lakukan. Trend pemilih ingin apa dengan siapa yang akan dipilih khan pasti kongruen, tidak mungkin bertabrakan. Tiga kali survey kami, Maman-Jefri selalu teratas, itu fakta. Walaupun belakangan persentasinya menurun di survey terakhir, kami menganggap itu sebagai rasionalisasi pergerakan mesin politik para pasangan calon. Sampai hari ini saya masih yakin pasangan Maman-Jefri yang akan terpilih dalam pilkada 27 Juni mendatang.

Red : Apa yang anda khawatirkan dapat menggagalkan kemenangan Maman-Jefri?

Irwan : Kecurangan. Siapapun yang terkoneksi dengan kekuasaan definitif memiliki akses untuk melakukan kecurangan. Mengapa? Karena mereka masih menguasai instrumen kekuasaan yang dengan berbagai cara dapat melakukan manipulasi dan bahkan sabotase. Itu terjadi di banyak pilkada.

Saya tidak percaya politik uang dalam hal ini suap terhadap pemilih dapat secara signifikan memenangkan seseorang. Pemilih kita tidak sehina itu, yang mau merubah pilihan hanya karena uang. Yang ada uang diambil, pilih yang diyakini jalan terus. (YoC)