Beritainspiratif.com - Memaafkan adalah state of mind yang melibatkan pikiran, perasaan, dan tindakan tertentu. Suatu hal dinyatakan masuk ke dalam konteks memaafkan apabila ada pikiran yang mempersepsi bahwa pada suatu peristiwa: ada seseorang atau sesuatu yang melakukan ketidakadilan terhadap diri anda.

Anda kemudian lebih memilih menjadi objek ketimbang menjadi subjek. Pikiran tersebut memicu munculnya perasaan marah, kecewa, kesal, geram, dan putus asa. Perasaan yang wajar terjadi. Tidak mudah bagi sebagian orang untuk memaafkan orang lain.mengutip dari laman Bangka.tribunnews.com, orang yang memaafkan mendapatkan manfaat nyata daripada orang yang tidak memaafkan, seperti:

-Tekanan darah jadi lebih normal.

-Penurunan stres.

-Kemarahan mereda.

-Memiliki keterampilan mengelola kemarahan yang lebih baik.

-Tekanan jantung menurun.

-Risiko rendah atas penyalahgunaan alkohol dan narkoba.

-Menurunkan gejala-gejala depresi yang rendah.

-Gejala-gejala kecemasan yang rendah.

-Rasa nyeri akut menurun.

Lebih bersahabat.

-Hubungan yang lebih sehat.

-Keberadaan Anda yang prima.

-Merupakan tindakan klinis yang bermanfaat bagi pasien bertekanan darah tinggi yang rasa marahnya cepat naik.

-Meningkatkan kesehatan jiwa dan raga.

-Mengurangi rasa nyeri punggung yang akut.

Mari, maafkanlah, niscaya dadamu akan lapang.

Cara Meminta Maaf

Menurut studi pada Negotiation and Conflict Management Research, ada beberapa elemen krusial saat meminta maaf.

Yang paling penting, kita harus menyadari tanggung jawab setelah menyakiti seseorang. Kita harus menunjukkan rasa penyesalan dan meminta maaf dengan tulus. Itulah cara meminta maaf yang baik.

Namun, terkadang kita tak sadar telah melakukan kesalahan saat minta maaf dan membuat semuanya menjadi buruk. Apa saja kah kesalahan tersebut?

Tidak benar-benar tulus saat mengucapkannya

Menurut psikolog Nikki Martinez, Psy.D., salah satu kesalahan saat meminta maaf adalah ketika mengucapkannya hanya dengan tujuan agar pasangan merasa lebih baik.

“Pasangan mengenal Anda dengan baik. Ia akan mengetahui apakah Anda meminta maaf hanya untuk mengakhiri pertengkaran dan bukan benar-benar tulus. Permintaan maaf Anda harus sesuai dengan tingkah laku sehingga bisa membangun kepercayaan,” paparnya.

Mencoba menjelaskan mengapa kita melakukan hal buruk

Ada garis tipis antara meminta maaf dan justifikasi. Bahkan, menunjukkan kepada seseorang bahwa kita tidak berniat menyakitinya bisa jadi terlihat seperti ‘alasan’. “Hindari terlalu ‘ngotot’ ketika meminta maaf. Permintaan maaf yang disertai kata-kata menggurui dan berbicara tentang diri sendiri tidak akan sampai ke hati seseorang,” kata Dominick Hankle, Ph.D, terapis pernikahan dan keluarga dari Regent University.

Menggunakan kata ‘tapi’

Hapus kata ‘tapi’ saat meminta maaf. Misalnya seperti, “Saya meminta maaf telah menyakiti hatimu, tapi dia yang lebih dahulu memulai!”. Permintaan maaf seperti itu berarti melemparkan tanggung jawab kesalahan pada orang lain.

Meminta maaf untuk hal yang sama berulang kali

Kita harus meminta maaf atas kesalahan kita. Namun, jika terus melakukan kesalahan berulang-ulang, maka permintaan maaf selanjutnya tidak akan ada artinya lagi. Kata ‘maaf’ harus dibarengi dengan tindakan yang lebih baik dan berjanji tidak akan mengulanginya.(Yanis)

Foto : pixabay.com