Gaza, Beritainspiratif.com - Ribuan orang di Gaza, Palestina mengantar jenazah Razan Najjar ke tempat peristirahatan terakhirnya. Almarhumah tak pernah gentar maju ke zona merah, menghadapi semburan gas air mata atau muntahan peluru yang ditembakkan tentara Israel, demi melaksanakan tugas sebagai perawat.

Namun, peluru yang ditembakkan sniper Israel pada Jumat 1 Juni 2018 mengakhiri hidupnya. Kala itu, ia sedang menolong para demonstran yang luka-luka di perbatasan Gaza dan Israel.

"Orang-orang menderita oleh tembakan gas air mata," kata Rami Abu Jazzar, sesama paramedis yang ada di lokasi kejadian, seperti dikutip dari CNN, Senin (4/6/2018).

"Seorang pria berada di dekat pagar dan berteriak, 'Tolong bantu saya, tolong'. Razan pun mendekat untuk menolongnya," kata dia. Saat itulah peluru menerjang punggungnya.

Usia Razan baru 21 tahun saat hidupnya direnggut. Ia pergi terlalu cepat.

Ayah dan ibunya, Ashraf dan Sabreen al-Najjar terus menangisi kepergian sang buah hati, yang tewas hanya beberapa ratus meter dari rumah mereka di Khan Younis. Mereka memeluk rompi berlumuran darah yang dikenakan Razan di hari ketika hidupnya berakhir.

"Anak saya memang bertubuh kecil, tapi ia gadis yang kuat. Satu-satunya senjata yang dimilikinya adalah rompi yang menunjukkan bahwa ia adalah petugas medis," kata sang ibu, Sabreen al-Najjar seperti dilansir Liputan6.com.

Semasa hidup, Razan yakin, rompi itu akan melindunginya. Di tengah situasi paling barbar sekalipun.

"Rompi ini akan melindungiku," itu yang ia ucapkan ke ayah dan ibunya sebelum berangkat tugas. "Allah bersamaku. Aku tidak takut."

Razan Najjar adalah petugas medis kedua yang tewas di perbatasan Gaza dan Israel, di tengah demonstrasi memperingati 70 tahun Nakba sejak 30 Maret 2018.

Nakba adalah peristiwa tatkala hampir satu juta orang Palestina dipaksa meninggalkan kampung halamannya, untuk membuka jalan bagi berdirinya negara Israel.

Militer Israel atau Israel Defense Forces (IDF) saat ini sedang menyelidiki kematian Razan Najjar. Hasil penyelidikan belum lagi diumumkan, namun sosok terduga penembak beredar di media sosial.

Sosok itu adalah seorang perempuan. Namanya Rebecca. Fotonya kemudian menyebar ke dunia maya.

Benarkah mantan tentara IDF itu yang menembak perawat Palestina Razan Najjar?

•Bantahan Rebecca

Artikel berjudul 'IDF vet gets death threats after she’s falsely accused of killing Gaza medic', yang dimuat di situs Time of Israel pada Minggu 3 Juni 2018 memuat bantahan Rebecca. Ia yang menolak menyebutkan nama belakangnya mengaku tak bertanggung jawab atas kematian Razan.

Rebecca disebut tak lagi berdinas di militer sekitar 2,5 tahun lalu. Saat menjadi serdadu IDF, ia juga tak pernah menjadi penembak jitu atau sniper.

Perempuan 24 tahun itu saat ini dilaporkan bekerja di Israel untuk mengisi waktu jedanya. "Bulan depan ia akan mulai mengajar Bahasa Inggris untuk para pengungsi asal Afrika," demikian pengakuannya, seperti dikutip dari media Israel itu.

Rebecca mengaku baru tahu tuduhan yang dialamatkan kepadanya pada Sabtu 2 Juni 2018, ketika ia menyalakan telepon genggamnya, usai Shabbat berakhir.

"Aku membuka telepon genggamku setelah Shabbat. Ada ratusan pesan dari banyak orang di laman Facebook-ku," kata dia.

Perempuan itu mengaku, akun media sosialnya, termasuk Instagram dibombardir dengan komentar negatif. "Itu terus-terusan muncul," kata dia.

Setelah menutup sejumlah akun media sosialnya, Rebecca melapor ke polisi. "Saya sedih karena teman-teman dan keluarga saya juga telah diancam. Dan, di media sosial, tidak ada cara untuk melindungi diri Anda dari potensi menjadi korban ancaman dan kebohongan," kata dia.

Rebecca awalnya menutup laman Facebook-nya, setelah menerima ratusan pesan bernada mengancam. Namun, ia mengaktifkannya kembali setelah dihubungi oleh petugas dari Unit Juru Bicara IDF.

"Petugas memberi tahu saya bahwa tidak ada risiko terhadap keselamatan saya," kata dia.

Juru bicara IDF kemudian mendorong Rebecca untuk membuat video sebagai tanggapan atas klaim yang mengaitkannya dengan kematian Razan Najjar. Video itu lalu dipublikasikan oleh kelompok advokasi pro-Israel StandWithU.

Seperti dimuat Time of Israel, tuduhan pada Rebecca diduga berasal dari laman Facebook Suhair Nafal, seorang wanita yang tinggal di Chicago, Illinois, Amerika Serikat. Ia mengaku berasal dari Ramallah.

Nafal mengambil gambar dan deskripsi Rebecca dari postingan di laman Facebook resmi Pasukan Pertahanan Israel (IDF) pada Mei 2014.

IDF mengidentifikasi Rebecca sebagai seorang tentara kelahiran Boston yang, pada usia 18, pindah ke Israel dan bergabung dengan IDF.

Awalnya, Rebecca adalah prajurit yang punya spesialisasi dalam pendidikan, tetapi kemudian memutuskan untuk terjun ke lapangan.

Dalam gambar, Rebecca terlihat berdiri di padang pasir dengan peralatan tempur lengkap, tersenyum ke kamera saat memegang senapan M-16.

(Kaka)